Lirik Syair Abu Nawas "Ilahilastulil Firdaus" Bacaan Arab Latin dan Artinya


Abu Nawas atau nama aslinya Abu Ali Hasan bin Hani’ al-Hakami merupakan seorang pujangga dan penyair yang terkenal di zaman Bani Abbasiyah.

Kepandaiannya dalam membuat syair, membuatnya menjadi tokoh yang terkenal di berbagai kalangan. Berkat Kepandaiannya dalam membuat syair, dia dianggap sebagai pemimpin para penyair di zamannya.

Dalam perjalanan hidupnya, Abu Nawas di kenal sebagai seorang Peminum Khamr atau pemabuk berat dan suka bermain wanita. Itu merupakan salah satu sisi keburukan dirinya.

Namun menjelang akhir hayatnya, Ia sempat bertaubat, ia menuliskan penyesalan dan pertobatannya dalam sebuah syair, yang kini syair tersebut terkenal dengan sebutan  Syair Al I’tiraf (Sebuah Pengakuan).

Berikut ini Syair Al I’tiraf (Sebuah Pengakuan) yang ia tulis menjelang wafat.


ِإِلهِي لََسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلاَ ٭ وَلاَ أَقوى عَلَى النّارِ الجَحِيم

Ilaahii lastu lil firdausi ahlaan,  wa laa aqwaa ‘alaa naaril jahiimi
Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim



فهَبْ لِي تَوْبَةً وَاغْفِرْ ذنوبِي ٭ فَإنّكَ غَافِرُ الذنْبِ العَظِيْم

Fa hablii taubatan waghfir zunuubii, fa innaka ghaafirudzdzambil ‘azhiimi

Maka berilah aku taubat (ampunan) dan ampunilah dosaku, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dosa yang besar



ذنوبِي مِثلُ أَعْدَادٍ الرّمَالِ ٭ فَهَبْ لِي تَوْبَةً يَاذَاالجَلاَل

Dzunuubii mitslu a’daadir rimaali, fa hablii taubatan yaa dzaaljalaali

Dosaku bagaikan bilangan pasir, maka berilah aku taubat wahai Tuhanku yang memiliki keagungan




وَعُمْرِي نَاقِصٌ فِي كُلِّ يَوْمٍ ٭ وَذنْبِي زَائِدٌ كَيفَ احْتِمَالِي

Wa ‘umrii naaqishun fii kulli yaumi, wa dzambii zaa-idun kaifah timaali

Umurku ini setiap hari berkurang, sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya




َإلهي عَبْدُكَ العَاصِي أَتَاكَ ٭ مُقِرًّا بِالذنوبِ وَقَدْ دَعَاك

Ilaahii ‘abdukal ‘aashii ataaka, muqirran bidzdzunuubi wa qad da’aaka

Wahai, Tuhanku ! Hamba Mu yang berbuat dosa telah datang kepada Mu dengan mengakui segala dosa, dan telah memohon kepada Mu




َفَإِنْ تَغْفِرْ فَأنْتَ لِذاك أَهْلٌ ٭ فَإنْ تَطْرُدْ فَمَنْ نَرْجُو سِوَاك

Fa in taghfir fa anta lidzaaka ahlun, wa in tathrud faman narjuu siwaaka

Maka jika engkau mengampuni, maka Engkaulah yang berhak mengampuni. Jika Engkau menolak, kepada siapakah lagi aku mengharap selain kepada Engkau?



Pelajaran atau hikmah yang dapat kita ambil dari syair Abu Nawas Al I’tiraf  tersebut adalah seburuk apapun perbuatan yang telah kita lakukan di masa lalu masih dapat kita perbaiki dengan bertaubat kepada Allah. Seperti cerita Abu Nawas tersebut bahwa dia merasa tak layak masuk surga firdaus Allah, karna dia sadar akan perbuatan yang telah dia lakukan sebelumnya, namun dia juga tidak kuat untuk merasakan panasnya neraka Jahim.

Untuk itu selagi kita masih diberi kesempatan hidup didunia ini, maka segeralah bertaubat dan lakukan perbuatan-perbuatan baik yang telah di perintahkan Allah dan meninggalkan hal yang munkar. Karena perbuatan baik tersebut dapat menolong kita dikehidupan akhirat kelak.

⇜ Semoga Bermanfaat ⇝

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel